Demi Tiket Menuju Istana Mega-Pro Rela Beli di Loket Bantar Gebang



Bantar Gebang…Bantar Gebang…Bantar Gebang… Suara media televisi maupun yang elektronik di Indonesia tertuju kesana. Bukan karena ada pesawat hercules jatuh, bukan juga terjadi longsor gunung sampah seperti yang terjadi di Cimahi, Jawa Barat beberapa tahun lalu, penggusuran para penghuni di sekitar lokasi Bantar Gebang juga bukan. Lalu ada apa ?

Hari Minggu (24/5) kemarin, di bantar gebang terjadi sebuah peristiwa yang sangat memprihatinkan. Karena lokasi yang dulu banyak sengketanya pada saat DKI dipimpin Gubernur Sutiyoso mendadak jadi bintang. Pada waktu itu presidennya kalau tidak salah juga Ibu Megawati. Seolah ingin menghapus luka lama, Megawati yang maju menjadi Capres kali ini yang berpasangan dengan Prabowo mendeklarasikan di Lokasi Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. Memang cara yang digunakan ini seolah untuk membuat sensasi yang tidak kalah dengan para pesaingnya, yang tujuannya membius para wong cilik dan grass rout. Sesuai dengan jargon mereka Mega-Pro rakyat. Sekilas acara di bikin minim, panggung juga tidak besar, tidak ada seremonial yang lazim seperti yang lainnya biar terkesan sederhana dan merakyat.

Rasanya belum lama tahun 2004 yang lalu turun dari presiden dan maju lagi menjadi calon presiden. Mega merupakan satu-satunya presiden yang berhenti secara terhormat karena masa jabatannya telah berakhir. Hal ini berbanding terbalik denga keadaan ayahnya yang harus turun tahta dengan paksa karena tuntutan rakyat pada waktu itu dengan TRITURA dan TRIKORA. Kalau di banding empat tahun lalu saya lihat sudah mulai berani untuk menghadiri debat dan diskusi, seperti yang ditayangkan oleh TV One pada 4 hari yang lalu. Kalau melihat gaya bicaranya tidak mencerminkan ketegasan seorang pemimpin, setiap mau menjawab selalu bilang “ Ko pertanyaannya susah –susah ya”. Menjawab peserta yang cuman beberapa orang seperti itu. Gimana menghadapi pertanyaan 200 juta penduduk Indonesia. Memang Mega belum mempunyai kapasitas sebagai pemimpin, ya memimpin partai aja karena warisan kharisma sang Ayah

Secara garis besar memang basis merah adalah para kaum abangan yang sudah mengakar kuat. Kalau di jawa ada istilah “pendeng gepeng melu banteng” , ini nyata. Golongan grass rout mana tahu visi misi, trackrecord, kredibilitas. Memang zaman makin maju, tapi masalah fanatisme yang berlebihan saya kira. Saya pernah menanyakan pada orang yang umurnya sudah 50an ke atas. Jawabannya : Saya dari dulu sudah terbiasa milih itu, yang gambar banteng, yang moncong putih. Sampai sekarang pun masih terbukti partain yang di pimpin Megawati masih mempunyai suara banyak bahkan menduduki peringkat tiga besar. Walaupun perolehan suara menurun di banding tahun lalu.

Megawati tahu tentang hal ini, makanya di gunakan sebagai tiket untuk menuju istana. Salah satunya dengan menggunakan lokasi bantar gebang yang notabene perkampungan kumuh yang di sana sini banyak tumpukan sampah. Kalau di lihat dari liputan beberapa media yang hadir tercatat 20.000 orang yang hadir. Dan dari TV One malah melaporkan ada 137 orang pingsan pada acara tersebut. Indonesia gitu lho… kalau ada orang yang terkenal masuk kampung langsung berbondong-bondong, berdesak-desakkan pengin lihat dari dekat.

Tidak banyak yang di sampaikan Megawati, hanya dalam pidatonya menanyakan apakah rakyat yang hadir sanggup untuk menyebarkan berita bahwa duet Megawati-Prabowo akan berjuang membangun keadilan, kesejahteraan, dan kebesaran bangsa Indonesia. ’’Apa sanggup sebarkan berita ini ke seluruh tanah air,’’ tanya Mega yang dijawab hadirin dengan teriakan ; ’’sangguuup....’’pada acara tersebut seakan berbeda dengan kebiasaan Mega yang mengkritik, menjelekkan, menghujat kebijakan - kebijakan pemerintah sekarang. Tentu saja tak ketinggalan ucapan Merdeka…merdeka…merdeka… pada pembukaan dan penutupan pidato.

Read On 3 komentar

Pemuda Mari Belajar dari Sejarah Kebangkitan


Tak terasa sudah menginjak bulan mei akhir, hari-hari yang kita lewati begitu melelahkan. Sampai terlupa dua hari yang lalu kita mengingat momen 101 tahun Kebangkitan Nasional. Karena dua hari yang lalu saya sibuk membuat lay out blog dengan mengedit template yang selalu mengalami kegagalan, tapi tidak sempat stress hanya tidur yang selalu terbanyang-banyang. Alhamdulillah sekarang sudah menemukan template yang baru, tapi masih belum puas dengan lay outnya, masih jauh dari sempurna. Disela-sela mengoreksi lay out blog saya coba menulis, habis lagi bingung dan belum punya ide untuk memperbaiki lay out. Siapa saja yang punya ide dan dapat membantu membikin blog saya tambah keren, saya akan sangat berterima kasih sekali.

Sampai lupa ngomongin layout blog melulu. Kita lanjutkan pembicaraan mengenai kebangkitan nasional. Tidak seperti pada peringatan 100 tahun yang lalu, begitu gencarnya kampanyekan 100 tahun kebangkitan nasional. Untuk sekarang kelihatannya sudah tidak menarik atau bangsa ini sudah mulai melupakan sejarah. Dengan tidak mengganggu pemerintah mari kita sendiri yang coba mengingat momentum tersebut.



Mari kita mengingat sejarah, karena dengan kita mengingat sejarah masa lalu akan membuat, menambah semangat menempuh perjalanan hidup ini. Bagaimana perjuangan para pejuang pada waktu itu sungguh sangat luar biasa. Apakah kita yang hidup di era reformasi ini masih mempunyai semangat seperti mereka ? Saya kira kita harus tetap semangat tatap masa depan, hari esok lebih baik dari hari ini. Pada 20 Mei 1908 terjadi sebuah peristiwa yang menggugah perjalanan perjuangan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Belanda. Pada waktu itu dipelopori oleh sekawanan dokter yang notabene masih belajar di Stofia, tercatat ada 9 dokter yang tergabug di situ. Semangat pemuda yang melihat nasib bangsa terus di renggut oleh penjajahan pada waktu itu. Sebuah gerakan mahasiswa yang benar-benar murni tanpa ada indikasi atau embel-embel di belakangnya. Tidak seperti sekarang para mahasiswa demo seakan tidak ada tujuan dan arahan yang jelas, reformasi seolah telah berhenti. Bahkan di Jakarta, Makassar, dan beberapa daerah di Indonesia pernah terjadi tawuran antar mahasiswa dan perlakuan anarki para mahasiswa terhadap kampusnya. Kenapa para mahasiswa sekarang berperilaku seperti itu ? Apa ada yang salah dengan sistem pembinaan? Sebenarnya perilaku para mahasiswa tersebut sudah terpengaruh oleh budaya dan perilaku barat yang sudah masuk ke tanah air Indonesia tercinta. Dimana anak muda sekarang lebih banyak ke pergaulan bebas, obat-obat terlarang, minuman keras, dan maih banyak yang lainnya. Dan tentu saja krisis moral dan kepribadian yang menjadi awal semua itu. Sehingga mengakibatkan pemuda sekarang mengalami penyimpangan pemikiran, kehilangan modal kepribadian, dan adanya antagonis dalam pendidikan moral.Anak muda sudah mulai meninggalkan jejak masa lalu, masa perjuangan para pendahulunya. Coba seandainya pada waktu dulu tidak ada pergerakan perjuangan, bangsa Indonesia akan seperti ini. Tentu saja tidak !!!

Pemuda merupakan generasi penerus bangsa, jika pemuda sekarang perilaku seperti ini, bagaimana nasib bangsa kita. Wahai pemuda, sekarang lah saatnya untuk mengawali perubahan, berubah bukan sesuatu yang menakutkan. Perubahan adalah suatu yang sangat menggembirakan, menyenangkan, ketenangan, ketentraman, dan akan menemukan sesuatu yang bernilai lebih yang tidak bisa dihargai dengan apapun. Tunggu apa lagi…!. Kata Aa Gym, jika kita ingin melakukan perubahan lakukan 3M yaitu :“Mulailah dari saat ini, Mulai dari yang kecil, Mulai dari sekarang”.

Mari kita sama-sama membentuk kembali akhlak kita dalam semua sisi kehidupan. Baik perilaku kita, pola pikir kita, mental kita dan sebagainya. Kampanyekan perubahan sekarang juga…
Read On 3 komentar

Dimana kinerjamu KPU ? Nasib bangsa ada di tanganmu




Hajatan pemilu legislatif telah usai dan pengumuman perolehan suara parpol peserta pemilu pun sudah di umumkan. Sebuah ajang demokrasi selanjutnya di negeri ini akan di mulai kembali. Diketahui dari deklarasi para parpol yang saling berkoalisi mengajukan calon presiden dan wakil presiden beberapa minggu yang lalu. Para calon presiden-calon wakil presiden pun sudah mendaftarkan diri ke KPU pada hari terakhir penutupan pendaftaran (16 Mei 2009). Dan sampai sekarang sudah melakukan rangkaian tes kesehatan sebagai syarat maju dalam pilpres.

Belum lama rasanya merasakan pesta demokrasi kemarin. Belum juga pulih rasa penyesalan, kegalauan, kefrustasian para calon legislatif yang gagal masuk menjadi anggota Dewan. Walaupun di media jarang diliput lagi, tetapi sengketa pemilu legislatif masih ada. Memang kalau melihat dari pengumuman KPU tertanggal 09 Mei 2009 tentang perolehan suara pemilu legislatif seharusnya sudah selesai, tapi ternyata belum dan kenapa bisa terjadi.

Pada saat pengumuman perolehan suara seolah di paksaan karena dalam undang-undang di atur bahwa perhitungan di KPU selambat-lambatnya selesai 30 hari setelah pemungutan suara. Pemilu dengan sistem multi partai ini yang bikin ribet, pusing. Karena banyak sekali KPPS yang tidak mengerti aturan yang jelas tata cara pemungutan dan pelaporan, bahkan para saksi meminta berita acara malah di suruh mengganti ongkos biaya photo copy. Kita tidak mengerti bagaimana sebenarnya kinerja KPU. Bagaimana membangun parlemen yang kuat kalau sistem yang dipakai untuk menjaring para pemimpin yang benar-benar menjadi wakil suara rakyat terjadi ketidak beresan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan. Untuk hal yang terakhir sendiri pemilu kali ini tidak ada badan pemantau pemilu yang independen mengontrol jalannya pemilu yang luber dan jurdil. Penggelembungan suara terjadi di beberapa daerah. Sangat di sayangkan sekali praktek jual beli suara untuk menggelembungkan suara caleg tertentu terjadi di tingkat PPK. Bagaimana bisa terjadi seperti ini ? Bagaimana nasib bangsa ini, jika setiap pemilu selalu terjadi seperti itu. Maka wajar tingkat golput masih tinggi mencapai 40 % lebih.

Banyak pekerjaan KPU yang menumpuk, dimana persoalan pileg belum 100 % selesai di tambah persiapan pilpres. Persoalan pileg yang di hadapi bukan perolehan suara yang sudah di tetapkan atau sengketa pemilu yang di ajukan para parpol ke MK. Tetapi masalah perolehan kursi masing-masing parpol di DPR. Sebagaimana pengumuman KPU pada perolehan suara masing-masing parpol di sampaikan pula perolehan kursi masing-masing parpol. Kursi bagi masing-masing parpol sangat penting sekali, sebab dengan jumlah kursi yang diperoleh masing-masing parpol menempatkan para wakilnya di DPR. Padahal dengan adanya pengumuman itu sudah diperoleh gambaran dari parpol yang lolos parliemantary threshold untuk menentukan arah koalisi parpol pada pilpres mendatang atau menentukan koalisi fraksi di parlemen bagi parpol yang perolehan kursinya belum mencapai satu fraksi.


Apa yang terjadi…? Dua hari setelah pengumuman tersebut, KPU mengumumkan kembali dan menetapkan jumlah perolehan kursi masing-masing parpol di DPR. Yang menarik di sini adalah jumlah perolehan kursi masing-masing parpol berubah, ada yang menambah dan ada yang berkurang. Jelas bagi parpol yang perolehan kursinya berkurang sangat kaget. Alasan dari pihak KPU pada saat itu adalah pada pengumuman 09 Mei 2009 belum mencocokkan perolehan kursi di tiap daerah pemilihan (dapil) masing-masing propinsi. Pada saat itu hanya mengacu pada perolehan suara secara nasional, dan ternyata BPP di tiap dapil tidak sama. Inilah yang menjadi pertanyaan kita semua, kenapa menentukan kursi DPR kaya main catur saja atau malah ular tangga. Seluruh mata rakyat Indonesia menyaksikan itu semua, bahkan bisa jadi pihak asing yang meliput demokrasi juga turut mencatat. Wahai KPU di mana harga dirimu, sudah di bayar pake uang rakyat kinerjanya tidak sesuai harapan. Mudah-mudahan ini menjadi pelajaran bagi kita semua, dan khususnya bagi para calon anggota KPU yang akan datang. Ada sebuah puisi yang kupersembahkan buat mu KPU. Sebagai keprihatinan dan kepedulian saya pada nasib bangsa dan negara yang tercinta ini.



09 April pesta rakyat dimulai
Walaupun ribut DPT di sana-sini
Engkau tetap menjalani
Ajang demokrasi lima tahun sekali

Seandainya engkau mengerti
Banyak logistik yang tidak memenuhi
Sebagai sarana standarisasi
Akhirnya banyak keluhan disana-sini

Engkau habiskan 1,8 milyar buat perhitungan cepat
Tapi apa yang engkau dapat ?
Server yang di pakai ngadat
Target tabulasi nasional tidak sesuai yang kau dapat

Perolehan suara sudah berlalu
Tapi persoalan kursi menjadi benalu
Dengan menutupi rasa malu
Memutuskan pengumuman lalu tidak berlaku

Kursi ku sayang…
Kursi ku melayang…
Sudah banyak ku habiskan uang…
Dalam hitungan 2x24 engkau terbang melayang…

KPU oh KPU…
Kenapa engkau begini terhadapku…
Padahal nasib bangsa ada di pundakmu…
Suara rakyat jadi tanggungjawabmu…

Oh KPU…
Sungguh mulia pekerjaanmu…
Sungguh tenang hatimu…
Sungguh malang nasibmu ketika telur busuk dan batu menimpa kantormu…

Di manakah keadilan…
Keadilan yang selam ini kucari
Keadilan yang ku idam-idamkan bertahun-tahun
Akankah tercapai lima tahun nanti


Read On 2 komentar

Capres-cawapres daftar ke KPU


Mendaftar Pilpres - Dari kiri ke kanan, pasangan capres-cawapres Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono, Jusuf Kalla_Wiranto, dan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto saat mendaftar sebagai capres-cawapres pemilu presiden Gedung KPU, Jakarta, kemarin.

Kumpulan artikel - Ada apa sebenarnya hari sabtu kemarin yach, kayaknya rame banget ada rombongan orang berjalan kaki mengiringi dua orang, oh ternyata mereka JK-Win pasangan capres-cawapres berjalan kaki melewati jalan Diponegoro, Menteng, ke Jalan Imam Bonjol menuju (Komisi Pemilihan Umum) KPU.

Pasangan JK-Win menjadi pasangan pertama mendaftar setelah sampai di KPU pukul 11.00 WIB. Dan agak siang lagi sekitar pukul 13. 00 WIB ada sederetan mobil masuk ke KPU dan yang turun Mega dan rombongan PDIP diikuti Prabowo dan Gerindranya. Agak sorean masih ada lagi kali ini rombongan SBY-berBudi yang di dampingi oleh para petinggi 23 partai peserta koalisi, tiba sekitar pukul 14.45 WIB. Yah, hari Sabtu tanggal 16 Mei 2009 kemarin merupakan hari terakhir pendaftaran capres-cawapres untuk Pemilu Presiden 8 Juli mendatang. Akhirnya tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) resmi mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Mereka percaya diri dan mengaku siap bertarung dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 8 Juli mendatang.

Ada yang menarik pada kali ini karena dua pasangan capres dan cawapres menggunakan pakaian dengan warna seragam dimana JK-WIN menggunakan warna putih-putih dan SBY berBudi warna biru-biru. Pakaian yang dikenakan Mega-Pro tidak kompak, Mega memakai warna merah dan prabowo malah warna putih. Kelihatannya pasangan tidak matang dalam persiapan menuju RI 1, kenapa deklarasinya saja maju tarik ulur sampai detik terakhir baru terjadi kesepakatan dan esoknya mendaftar. Dalam kesempatan memberikan sambutan, Megawati menegaskan bahwa diantara pasangan capres yang lain, dirinya yang paling cantik. "Saya bilang pada beliau (Pramono Anung), Pram jangan lupa supaya semua orang tahu bahwa pasangan kita itu yang paling cantik dan tidak ada duanya sehingga tentunya bagi masyarakat sangat mudah untuk memilih, insya Allah, katanya".


Jadi sekarang sudah jelas toh... siapa capres-cawapresnya. Jangan lupa kalau tanggal 8 Juli 2009 ke TPS, (JK) jika motor Win nya mogok berangkatnya naik motor Mega-Pro, setelah sampai jangan lupa budi SBY lima tahun lalu.

Read On 0 komentar

Ketika SBY berBoedi

Kumpulan artikel – Hari Jum’at tanggal 15 Mei 2009 pukul 19.30 WIBB Partai Demokrat mendeklarasikan pasangan Capres dan Cawapres yang bertempat di gedung Sasana Budaya Ganesha, ITB, Bandung. Perhelatan acara yang sungguh meriah yang di hadiri para partai peserta koalisi dan beberapa tamu undangan yang memenuhi semua tempat duduk di gedung tersebut. Sebelum acara di mulai, para hadirin menyambut kedatangan Capres Susilo Bambang Yudhoyono beserta istri dan Cawapres Boediono beserta istri dengan lagu halo-halo bandung yang dilantunkan dengan bersemangat. SBY-Boediono mengenakan kemeja merah dengan motif batik berwarna putih di tengahnya dan menggunakan peci hitam memasuki ruangan dan memberikan lambaian tangan kepada semua hadirin yang ada di gedung tersebut. Sebelum acara di mulai terlebih dahulu dinyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan di lanjutkan dengan pidato partai Demokrat yang di bacakan oleh Gamawan Fauzi gubernur Sumatera Barat. Dalam pidatonya mengusung dan menetapkan Dr.H. Susilo Banbang Yudhoyono sebagai Calon Presiden dan Prof. Dr. Boediono sebagai Calon Wakil Presiden dengan jargon SBY berBoedi.

Dalam pidatonya SBY mengatakan, Boediono merupakan seorang teknokrat dan ekonom yang cerdas, ulet, keras dalam bekerja, dan bertanggung jawab. Selama bekerja sama dengan Boediono dalam kabinet yang dia pimpin, guru besar ilmu ekonomi UGM ini merupakan seorang koordinator menteri yang berpikir utuh, loyal, cermat, tidak grusa-grusu, dan jauh dari keinginan mencari muka.

“Di atas segalanya, di dalam mengemban tugas, Pak Boediono tidak memiliki konflik kepentingan, baik untuk kepentingan bisnis atau motivasi politik yang lain. Beliau akan mampu membantu saya untuk mengatasi krisis perekonomian dan selanjutnya kembali meningkatkan perekonomian nasional dan kesejahteraan rakyat,” ujar SBY di hadapan dua ribu tamu undangan yang hadir.

SBY juga menilai Boediono sebagai seorang muslim yang lurus, jujur, sederhana, konsisten, dan toleran. “Beliau juga akan mampu membangun pemerintahan yang bersih,responsif,bebas korupsi, dan bertanggung jawab,” tambahnya. Kepada mitra koalisi SBY mengajak agar pada pemerintahan kabinet mendatang—jika berhasil menang pada pilpres— menjadi kabinet presidensial yang amanah, efektif, dan kredibel.

Menurut dia, tugas dan kewajiban pemerintah adalah bekerja untuk rakyat dan menjalankan program-program prorakyat. Pada hakikatnya, lanjut SBY, kabinet pemerintahan adalah forum untuk bekerja dan bukan forum untuk berpolitik sendiri-sendiri. “Marilah kita bekerja dan berjuang sekuat tenaga sesuai janji kita semua kepada rakyat untuk membangun Indonesia yang lebih aman, adil, demokratis, dan sejahtera,” ajaknya.

Boediono mengatakan “di sini 63 tahun yang lalu Bung Karno menyatakan “Indonesia Menggugat” menggugat dari penjajahan Belanda pada waktu itu dan sekarang juga “Indonesia Menggugat” dari penjajahan liberalisme, imperialisme barat dan berjuang untuk membangun Indonesia berdiri di kaki sendiri hal ini untuk meyakinkan tuduhan bahwa Boediono termasuk paham neoliberal. Perekonomian Indonesia tidak bisa diserahkan sepenuh nya pada mekanisme pasar bebas agar dapat memberikan keadilan kepada rakyat. “Selalu diperlukan intervensi dengan aturan main yang jelas dan adil,” kata Boediono pada acara deklarasi di Bandung tadi malam. Menurut Boediono, untuk mengatur perekonomian diperlukan lembaga pelaksana efektif yang harus disediakan negara. Walau demikian, negara tidak boleh banyak campur tangan dalam perekonomian karena akan mematikan kreativitas.

”Tetapi negara juga tidak boleh hanya tidur.Untuk itu diperlukan sebuah pemerintahan yang bersih. Kita semua sadar bahwa pemerintahan yang bersih tidak akan hadir karena dipidatokan,” kata Boediono. Dia mengingatkan keharusan adanya garis pemisah yang jelas antara kepentingan bisnis dan penyelenggaraan pemerintahan.

“Saat ini kita tidak hanya harus melawan penjajahan dari kekuatan luar, namun juga dari dalam,karena semua itu membuat kita terpuruk dan bangkrut,” kata Boediono. Indonesia, menurut Boediono, membutuh kan pemimpin yang tidak dikotori oleh suap dan tidak mau memperdagangkan kekuasaan.

Indonesia butuh pemimpin yang tidak mencampuradukkan kepentingan republik dengan kepentingan bisnis keluarga,”kata Boediono. Dia berjanji akan bekerja keras untuk mengurangi kemiskinan, kesewenangan dan ketidakadilan.” Saya siap bekerja mulai hari ini,”katanya.

Mengenai kontroversi pencalonannya sebagai cawapres yang dianggap tidak pantas oleh berbagai partai mitra koalisi Partai Demokrat, Boediono hanya mengatakan bahwa itu sebagai buah dari demokrasi. “Itu menunjukkan demokrasi yang hidup,”katanya..

Demikian pidato para calon pemimpin negeri ini yang di usung oleh Partai Demorat, PKS, PPP,PKB dan PAN yang masih kecewa dengan keputusan Partai Demokrat mengenai Boediono sebagai Cawapres, dan para petinggi PAN juga tidak hadir di sini (Amien Rais; red). Sedangkan PKS yang suaranya paling keras setelah diinfokan bahwa Boediono yang mendampingi SBY tampak setuju hak ini dilihat dari kehadiran para petinggi Partai yang sebelum pendeklarasian sempat bertemu dengan SBY di hotel Sheraton Bandung. Pasangan SBY-Boediono akan mendaftarkan diri ke KPU sebagai Capres dan Cawapres pada pukul 15.00 WIBB.

Dan Satu pasangan Capres dan Cawapres juga di umumkan yaitu pasangan Megawati-Prabowo yang diusung partai PDIP dan Gerindra yang bertempat di Teuku Umar. Pendeklarasian pasangan ini tidak terdengar begitu jelas yang awalnya jum’at siang akan di gelar malahan tidak jelas kelanjutannya sampai pendeklarasian Capres dan Cawapres dari Partai Demokrat selesai, dan belum ada tanda-tanda PDIP akan menggelar pendeklarasian tersebut.

Akhirnya pada pukul 22.00 WIBB pendeklarasian dilaksanakan. Megawati mengatakan dalam memilih Prabowo sebagai pasangannya karena Prabowo dapat membangun ekonomi berbasis kerakyatan. Dan pasangan ini akan mendaftar ke KPU pada hari ini jam 13.00 WIBB.

Read On 1 komentar

It’s Over, Berakhir Sudahkah ?


Kumpulan artikel Hari Sabtu tanggal 10 Mei 2009 malam Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengesahkan hasil rekapitulasi penghitungan suara pemilu legislatif tepat 30 hari setelah pemilu dilaksanakan (09 April 2009). Berdasarkan dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Legislatif, bahwa hasil rekapitulasi penghitungan di KPU selambat-lambatnya selesai 30 hari setelah pelaksanaan Pemilu pukul 00.00 WIBB. Walaupun pengumuman sempat molor 1,5 jam dari jadwal yang di janjikan pukul 19.00 WIBB. Hal ini karena belum selesainya hasil rekapitulasi di Nias Selatan (daerah pemilihan Sumatera Utara II). Namun akhirnya rekapitulasi hasil pileg di Nias Selatan bisa diterima dengan catatan perbaikan, yakni hasil penghitungan ulang di 6 kecamatan di Nias Selatan yang berlangsung di Medan, menjadi bagian integral dari catatan KPU dan merupakan bagian dari berita acara penetapan hasil pemilu legislatif.

Dari pengumuman KPU tersebut terdapat 104.095.847 suara sah, dengan Partai Demokrat (31) memperoleh suara terbanyak dengan perolehan 20,85 % disusul Partai Golkar (23) 14,45 %, tempat ketiga PDIP (28) 14,03 %, keempat PKS (8) 7,88 %, kelima PAN dengan 6,01 %, keenam PPP (24) 5,32 %, ketujuh PKB (13) 4,94 %, kedelapan Partai Gerindra (5) 4,45 %, dan kesembilan Partai Hanura (1) 3,77 %.

Dari 38 partai peserta pileg hanya 9 partai politik yang berhak duduk di kursi DPR, artinya ada 29 parpol yang kehilangan keterwakilannya. Karena pileg 2009 menggunakan sistem parliamentary threshold atau batas keanggotaan di parlemen dengan ambang batas 2,5 % perolehan suara parpol di pileg. Sehingga parpol yang tidak mencapai 2,5 % maka secara otomatis suara yang diperoleh hilang.

Pemilu legislatif 2009 telah berakhir, apakah benar-benar berakhir ? Itulah yang menjadi pertanyaan kita. Meskipun KPU secara syah telah mengumumkan hasil pileg, akan tetapi masih ada catatan-catatan.. Karena Pemilu legislatif kali ini penuh dilema, dan banyak sekali ketidakberesannya. Mengapa demikian ? KPU telah berakhir melakukan rekapitulasi secara nasional dan sudah diketahui perolehan masing-masing parpol. Akan tetapi keberakhiran KPU hanya sifat sementara karena bersiap-siap menghadapi Mahkamah Konstitusi (MK) yang telah membuka pendaftaran perselisihan pemilu 3x24 jam setelah pengumuman KPU. Jadi apakah semua sudah berakhir sampai disini, berakhir sudahkahtentu saja belum, karena penentuan kursi di DPR yang menjadi inti dari itu semua belum di cocokkan tiap dapil.

Pemilu legislatif 2009 banyak sekali yang perlu menjadi catatan, dengan melihat, memperhatikan, dan melaksanakan pemilu kali ini ada beberapa yang menjadi perhatian kita semua, jangan sampai lima tahun yang akan datang terulang lagi, yaitu ;

  1. Masalah DPT, data daftar pemilih tetap yang dipakai sangat kacau. Karena pada data DPT tersebut banyak di temukan pemilih dengan nama ganda pada daerah yang tidak sama, Umur belum sampai 17 ada yang masuk DPT, Jenis kelamin ketukar, Ada yang tidak terdaftar padahal 1-2 tahun sudah menetap didaerahnya.
  2. Money politic sangat kuat sekali, hal ini dipicu dengan keputusan MK bahwa penentuan anggota legislatif dengan perolehan suara terbanyak dari masing-masing partai. Sehingga para caleg menggunakan segala cara untuk mendapatkannya karena no urut di parpol no urut kacang.
  3. Golput masih banyak, tercatat 48,9 % yang terdaftar di DPT tidak menggunakan hak pilih. Ada tiga opsi, pertama memang dia sengaja tidak menggunakan hak pilih, kedua karena bekerja, sistem kerja yang dipakai menggunakan sift. Dan yang ketiga merantau. Orang-orang yang dirantauan inilah yang tidak diperhatikan, mereka terdaftar di DPT dikampung sedangkan untuk ongkos pulang lumayan cukup memakan biaya. Sedang di daerah rantauannya tidak bisa masuk daftar sementara karena terkait Kartu Tanda Penduduk.
  4. Terjadi banyak kecurangan, yaitu penggelembungan suara bagi salah satu partai tertentu. Tujuannya untuk memperoleh jatah kursi dan menaikkan BPP (Bilangan Pembagi Pemilih) dengan modus pengurangan suara partai lain atau surat suara tidak syah dan tidak terpakai. Kecurangan-kecurangan ini biasanya ditemukan di tingkat PPS,PPK dan bisa juga KPUD kabupaten. Dan masih banyak sekali catatan-catatan lainnya yang tidak bisa disebutkan karena saking banyaknya.

Dan perhatian yang lebih juga perlu kita lakukan kepada para caleg artis, banyak sekali parpol peserta pileg menggandeng para artis untuk menjadi caleg. Strategi dari parpol untuk memperoleh suara sebanyak-sebanyaknya, karena artis sudah dikenal masyarakat luas. Akan tetapi ini menjadi buah simalakama, sebab dari hasil rekapitulasi para caleg artis mampu mengalahkan para politikus senior untuk melenggang ke senayan. Caleg artis yang melenggang ke senayan yaitu : Tere alias Theresia EE Pardede (Demokrat, Jabar II), Ingrid Maria Palupi Kansil (Demokrat, Jabar IV), CP SamiadjiAjiMassaid (Demokrat, Jatim II), Venna Melinda (Demokrat, Jatim VI), Komar alias Nurul Qomar (Demokrat, Jabar VIII), Angelina Sondakh (Demokrat, Jateng VI), Tantowi Yahya (Golkar, Sumsel II), Nuruk Arifin (Golkar, Jabar VII), Rieke Dyah Pitaloka (PDI-P, Jabar II), Miing Bagito alias TB Dedi Suwendi Gumelar (PDI-P, Banten II), EkoPatrioHendro Purnomo (PAN, Jatim VIII), Primus Yustisio (PAN, Jabar IX), Jamal Mirdad (Gerindra, Jateng I), Rachel Maryam Sayidina (Gerindra, Jabar II). Kita lihat saja nanti kiprah beliau-beliau setelah menjadi anggota legislatif, apakah benar-benar menjadi politisi atau menjadi artis di senayan, sekedar menghibur para anggota DPR lain pada saat terjadi ketegangang dan kepenatan karena alotnya pengambilan keputusan.

Pemilu legislatif telah berakhir dan semoga tidak akan terulang lagi kecurangan-kecurangan yang terjadi untuk pileg yang akan datang. Harapan itu masih ada, harapan bukan sekedar harapan. Tapi merupakan wujud yang nyata di masa yang akan datang. Mari berjuang untuk Indonesia yang lebih baik.

Read On 0 komentar

Atas Nama “Kuning” Lebih Cepat Lebih Baik


Kumpulan artikel - Ketidak inkonsistennya partai golkar beberapa waktu lalu setelah rapimnasus terjawab sudah. Walaupun dalam pendeklarasian tersebut masih terjadi perselisihan antara DPP Partai dan beberapa DPD Partai Golkar, dimana sikap DPD menginginkan koalisi tetap dipertahankan dengan Partai Demokrat. Pihak DPP tetap pada keputusan rapimnasus yang di gelar pada 23 April lalu, yaitu tetap mengusung JK sebagai calon Presiden.

Sesuai dengan slogan “Lebih cepat Lebih baik”, akhirnya pada awal mei partai golkar mendeklarasikan calon Presiden dan Wakilnya yang maju dalam pilpres 8 Juli 2009 yang akan datang. Langkah yang di lakukan mendahului calon koalisi partai lain. Pada malam tersebut partai Golkar mengumumkan bahwa Jusuf Kalla sebagai calon presiden dan Wiranto sebagai calon wakil presiden. Memang beberapa hari terakhir sebelum pengumuman antara partai golkar dan hanura mengadakan pertemuan yang lebih instens, dan akhirnnya menemukan titik temu untuk menggalang koalisi dalam pencalonan pada pilpres nanti.

Kita sama-sama tahu antara partai golkar dan hanura berasal dari basic yang sama, yaitu kuningiesme. Karena Wiranto pendiri partai hanura dan ketua umum partai tersebut merupakan kader golkar, yang lebih mendirikan bendera partai sendiri karena sebagai kader aspirasinya tidak dapat terwakilkan. Akhirnya dengan bendera hanura Wiranto berjuang di pemilu legislatif 09 April kemarin. Padahal target partai bisa mencalonkan Wiranto sebagai calon presiden, tetapi harapan tinggal harapan kenyataannya perolehan suara partai tidak memenuhi syarat untuk Capres. Akhirnya menerima tawaran dari Golkar untuk menjadi wakil. Kalau kita melihat ke belakang tepatnya lima tahun yang lalu Wiranto merupakan calon presiden yang gagal masuk putaran dua, pada pilpres sekarang malah turun target.

Sebenarnya koalisi ini tidak begitu kuat, karena struktur partai golkar sampai tingkat bawah tidak selaras dengan pimpinannya. Koalisi ini lebih karena menjaga gengsi atau penyelamatan nama partai golkar. Seorang Wiranto sendiri tidak cocok dengan JK, karena setelah JK terpilih menjadi ketua umum partai golkar, Wiranto lebih baik mundur dan mendirikan bendera baru. Kalau kita lihat sebenarnya malah mereka ini sama-sama berbaju kuning, tapi berbeda hati. Yang satu berhati nurani dan satu lagi berhati-hati jangan sampai tidak punya andil dalam pemerintahan alias kekuasaan. JK merasa bahwa selama lima tahun merupakan andil beliau sebagai wakil presiden padahal wakil adalah pembantu presiden. Memang semua kebijakan lima tahun yang lalu banyak dipengaruhi oleh wakil presiden. Kita sama-sama tahu presiden kita di kursi parlemen dukungannya kalah dengan partai yang di pimpin wakil presiden. Jadi ya gitu dehada dualisme kepemimpinan di negeri ini.

Koalisi ini lebih mengarah ke penyelamatan nama kuning sendiri dan platform yang mo di bangun juga tidak jelas. Saya kira mereka sudah siap kalah, ya kenapa ? dalam koalisi Capres dan Cawapres sepakat antara golkar dan hanura mengajukan calon sendiri, akan tetapi pada pagi hari sebelum pendeklarasian mereka mendatangani bersama partai PDIP, Gerindra, PPP sepakat menggalang kaolisi besar di parlemen. Apa kata dunia…!!! Masa koalisi ga serius, cuman menginginkan kekuasaan belaka? Gimana nasib rakyat dan bangsa ini. Jika mereka terpilih nanti, yang ada bagi-bagi kekuasaan aja. Tidak mementingkan nasib Bangsa dan Negara ini. Lagi-lagi mereka berdalih atas nama demokrasi ? beenaaar atas nama demokrasi…! apa atas nama Kuning ?

Kita tunggu aja masa kampanye nantipilihlah sesuai hati nurani tapi jangan pilih hati nurani

Read On 0 komentar

Koalisi Besar Hadang SBY


Kumpulan artikel- Sejumlah media memberitakan para petinggi partai yang tidak pro dengan SBY akan menggalang suatu kekuatan untuk menghadang laju SBY dalam menduduki kursi RI-1 kembali. Mereka adalah para elite partai yang natabene partai-partai besar yang sudah lama mengikuti pemilu dan beberapa partai baru diantaranya Partai Golkar, PDIP, PPP,PAN, Parta Hanura, Partai Gerindra. Para elite sadar jika tidak bersatu maka untuk menyaingi SBY itu sangat sulit, karena publik sudah percaya pada kepemimpinan SBY. Dari perolehan sementara menunjukan Partai Demokrat unggul dengan 20 % suara, hal ini bukan karena partai yang menjadi acuan publik. Akan tetapi figur seorang SBY-lah yang menjadi pertimbangan, apalagi slogan kampanye Partai Demokrat "Lanjutkan ". Satu kata tetapi berjuta makna ini, terbukti perolehan suara partai melonjak drastis memenuhi target suara untuk mengusung calon Presiden. Tanpa berkoalisi pun Partai Demokrat bisa mencalonkan Presiden dan Wapresnya sendiri, tapi buat memperkuat pemerintahan koalisi diperlukan untuk memperkokoh diparlemen.
Berangkat dari situlah maka para elite dari partai Golkar,PDIP,PAN,PPP,Hanura,Gerindra, bertemu untuk mengusung satu nama calon Presiden yang bisa menandingi figur SBY. Apakah ini akan terwujud ? Kita semua tidak tahu karena manuver-manuver para elite tersebut sangat sulit sekali ditebak. Mereka saling kunjung sana-sini. Padahal dari partai Golkar dan PDIP sudah jelas -jelas punya calon presiden masing-masing. Bahkan sekjen PDIP Pramono Anung mengatakan memang kami punya nama calon presiden masing-masing akan tetapi itu bisa dimusyawarahkan dalam pertemuan para petinggi partai dan nantinya hanya ada satu nama calon saja.
Kita tunggu saja apakah dalam dua hari ini koalisi besar tersebut berhasil menemukan kata sepakat, dengan satu nama calon presiden.
Itu manuver para elite politik, bagaimana dengan keputusan di tingkat bawah dari DPD-DPD masing partai sampai ke tingkat grass rout apakah menerima dengan keputusan tersebut?
Read On 0 komentar
 

About me | Author Contact | Powered By Blogspot | © Copyright  2008